Istilah penyakit jantung bawaan (PJB) atau jantung bocor pada anak
cukup membuat bulu kuduk khalayak awam berdiri. Terlebih bagi orang tua
yang anaknya divonis mengidap kelainan tersebut, karena selama ini
penyelesaiannya harus dilakukan di meja operasi melalui pembedahan.
Tentu saja tidak semua orang tua sanggup menyaksikan jantung anaknya
diutak-atik, meski itu untuk kesembuhannya. Syukurlah, seiring dengan
kemajuan teknologi kedokteran, kini ditemukan teknik baru untuk
menambal jantung bocor tanpa perlu operasi.
"Teknologi ini sudah bisa dilakukan di Indonesia dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi," ungkap dr. Sukman Tulus Putra, FACC
., Konsultan Jantung Anak (pediatric cardiologist)
dari RS Siloam Gleneagles, Karawaci, Banten. Sementara sampai
sekarang, kebocoran sekat serambi/bilik jantung pada anak merupakan
salah satu penyakit jantung bawaan yang sering ditemukan di Indonesia.
MACAM KELAINAN JANTUNG BOCOR
Pada dasarnya, jantung dibagi menjadi 4 bagian, yaitu serambi kanan
dan kiri serta bilik kanan dan kiri, serta sekat di antara keduanya.
"Jantung kanan berisi darah kotor atau darah yang mengandung CO2 lebih
banyak dibanding O2. Sedangkan jantung kiri berisi darah bersih atau
yang mengandung O2 lebih banyak," tambah dr. Utojo Lubiantoro, Sp.JP
dari Pusat Jantung di rumah sakit yang sama.
Darah kotor dari jantung kanan dikirim ke paru-paru untuk
dioksigenasi, lalu kembali lagi ke jantung kiri dan dipompa ke seluruh
tubuh. "Prinsipnya darah dari jantung kanan dan kiri, baik di tingkat
serambi maupun bilik tidak boleh tercampur atau berlebihan," tambahnya.
Nah, kebocoran jantung pada anak bisa saja terjadi di sekat serambi atau dalam istilah kedokterannya atrial septal defect
(ASD). Selain itu, bisa juga terjadi pada sekat bilik atau ventricular septal defect
(VSD) dan pembuluh darah yang tidak menutup atau persistent duktus arteriosus
(PDA).
Kelainan jantung bawaan ini terjadi sejak bayi karena begitu
dilahirkan, sekat-sekat antarbilik/serambi jantungnya tidak menutup
sempurna. Akibatnya ada celah atau lubang yang memungkinkan darah dari
jantung kanan dan kiri tercampur. Bisa juga terjadi aliran darah dari
jantung yang tidak normal, sehingga aliran menuju paru-paru pun menjadi
berlebihan.
Yang menentukan apakah dokter harus segera mengambil tindakan
ataukah bisa menunggu, bukanlah faktor usia si anak, melainkan besar
kecilnya kebocoran. Kalau bocornya memang besar, jelas perlu penanganan
segera. Namun kalau bocornya sangat kecil, bukan tidak mungkin sampai
dewasa pun tidak pernah ketahuan karena tanpa keluhan sama sekali.
Adapun besar kecilnya kebocoran tidak hanya tergantung pada diameter lubangnya melainkan juga flow
atau arus darah. "Kalau perbandingan aliran darah dari jantung bagian kanan dan jantung bagian kiri adalah 1,5 kali lipat flow ratio
-nya, itu merupakan indikasi harus diambil tindakan," kata Utojo. Bila
anak sudah nampak biru, berarti sudah terlambat. "Penanganannya sudah
sangat sulit."
Untuk memastikan dan menentukan tindakan apa yang harus dilakukan,
tak ada cara lain kecuali pemeriksaan klinis. Diperlukan juga
pemeriksaan tambahan dengan EKG (elektrokardiogram) agar dokter dapat
menegakkan diagnosisnya. "Rontgen dada dan pemeriksaan EKG harus
dilakukan. Bahkan pada kasus tertentu pemeriksaan kateterisasi mungkin
saja harus dilakukan," papar Sukman. Saat pemeriksaan awal, jantung
anak-anak dengan PJB ini akan menunjukkan suara yang terdengar berisik.
BAGAIMANA PROSEDURNYA?
Memperbaiki kelainan jantung selagi janin masih dalam kandungan
memang belum bisa dilakukan. Namun, upaya menuju ke arah itu masih
terus diusahakan. Saat ini, kelainan baru bisa diperbaiki setelah bayi
lahir, paling cepat ketika bayi berusia 3 bulan.
Solusi lewat jalan operasi, secara psikologis memang cukup
memberatkan. Terutama bekas sayatan di dada anak yang akan menjadi luka
abadi karena akan terus membekas sampai kelak ia dewasa. Oleh karena
itulah teknologi baru ini membawa beberapa keuntungan, di antaranya:
* Masa perawatan singkat, hanya 2-3 hari sedangkan operasi bisa 7-10 hari.
* Anak tidak mengalami pembedahan sama sekali. Tindakannya cukup
dengan memasukkan kateter melalui pembuluh darah besar di sela paha.
Nah, alat yang dimaksud akan dipasang melalui kateter tersebut. Secara
kosmetik cara ini jelas lebih menguntungkan karena tidak meninggalkan
luka.
* Efek psikologis buat anak maupun orang tuanya jelas lebih ringan.
* Biaya relatif lebih murah dibanding operasi.
Untuk menambal kebocoran pada sekat serambi atau atrial septal defect
(ASD), caranya adalah dengan memasukkan suatu alat (device)
yang disebut Amplatzer Septal Occluder
(ASO) melalui kateter (wire)
yang dipasang pada pembuluh darah arteri dan vena di sela paha (arteri dan vena femoral).
Alat tersebut terbuat dari nitinol dan dilapisi dacron yang elastis
dan bentuknya dapat mengikuti kateter. Setelah mencapai posisi tempat
kebocoran di sekat serambi jantung, alat tersebut dikembangkan kemudian
dilepas untuk menutup kebocoran ASD secara total sehingga menyatu
dengan sekat bilik jantung. Selama proses tersebut si pasien dibius
total, namun tidak membutuhkan transfusi darah. Begitu selesai, aliran
darah di dalam jantung akan segera normal kembali.
Metode yang sama juga dilakukan untuk menutup kebocoran pada sekat bilik atau ventricular septal defect
(VSD). Bahan terbaru yang digunakan untuk menambal kebocoran VSD
adalah nikel-titanium. Setelah alat tersebut terpasang, tubuh pasien
akan mengadaptasinya sehingga bisa terpakai seumur hidup.
Namun harus diingat teknologi ini tidak bisa dilepaskan dari
keberhasilan tindakan yang dilakukan. "Secara teknis bisa saja terjadi
kesalahan, walaupun sangat jarang terjadi," ungkap Utojo. Meski ada
juga satu dua kasus dimana sekian tahun alat tersebut berfungsi normal
di tubuh, tapi sekian tahun kemudian menimbulkan masalah.
Yang harus dicermati adalah pemilihan ukuran alat yang tepat sesuai
dengan kebocoran jantung. Bagaimanapun, anak terus tumbuh dan
jantungnya pun ikut berkembang sesuai usianya.
Mungkinkah alat yang dulunya pas dipasang untuk menutup kebocoran
jantung anak usia satu tahun, kemudian ukurannya tidak sesuai lagi saat
dia beranjak dewasa? "Satu-dua kasus, sih mungkin saja terjadi. Namun
ingat, setelah alat terpasang, tubuh secara alami akan mengalami
endotilisasi. Artinya, alat tersebut akan tertutup oleh lapisan
jantungnya sendiri. Jadi kecil kemungkinannya akan ada kebocoran lagi.
Kalau flow ratio
-nya sangat kecil, enggak masalah kok," ungkap Utojo pula.
TIDAK SEMUA BISA DITAMBAL
Walaupun teknologi ini terlihat lebih menguntungkan dibanding
operasi, tapi tidak berarti operasi jantung nantinya akan ditinggalkan
sama sekali. "Masing-masing ada pertimbangannya. Tapi kalau jumlah
pasien yang harus dioperasi menjadi lebih sedikit, bisa jadi benar.
Kalau dulu semua harus melalui meja operasi, sekarang dilihat dulu
besar atau kecilnya kebocoran," tambah Utojo.
Menurutnya, teknologi ini hanya bisa dilakukan pada lubang kebocoran
jantung dengan diameter di bawah 16 mm. Sedangkan untuk lubang yang
lebih besar, mau tidak mau harus tetap ditutup dengan cara operasi.
Yang jelas, tidak semua kasus ASD maupun VSD dapat ditambal dengan alat
ini. Dokterlah yang akan menentukan apakah pasien tetap harus menjalani
operasi atau bisa ditambal dengan alat ini.
BISA SEMBUH TOTAL
Berdasarkan angka keberhasilan yang sangat tinggi seperti yang sudah
dilaporkan di banyak pusat jantung anak di dunia., teknologi ini cukup
menakjubkan. Angka kesembuhannya pun termasuk tinggi. Bahkan kalau
tidak ada komplikasi, tekanan di paru belum tinggi, dan fungsi jantung
masih normal, maka setelah dipasangi alat ini umumnya pasien bisa
sembuh total. Sembuh total di sini, menurut Utojo, yaitu keadaan
diamana si anak bisa menjalani kehidupan seperti halnya anak normal
lainnya tanpa menyadari di jantungnya terpasang sebuah alat untuk
menutup kebocoran.
Kondisi sebaliknya bisa saja terjadi kalau pasien datang sudah dalam
kondisi parah, apalagi disertai komplikasi. "Tentu ada limitasi
kesembuhan, dalam arti tidak bisa sembuh total," tandasnya.
Usai menjalani pemasangan alat di jantungnya, tak ada pantangan
khusus yang harus dilakukan anak. "Semuanya bisa normal kembali. Beda
dengan masalah jantung orang dewasa yang disebabkan darah tinggi dan
sebagainya yang mengharuskan pasien mengubah gaya hidup, semisal
menjalani diet dan sebagainya."
Walaupun teknologi ini memberikan setitik cahaya bagi anak-anak
dengan PJB, namun di Indonesia belum banyak yang merasakan manfaatnya.
Boleh jadi karena biayanya terhitung tetap mahal, yaitu di atas Rp 30
jutaan, kendati bila dibandingkan dengan operasi jantung masih relatif
lebih murah.
Ketidaksempurnaan jantung yang nantinya menyebabkan PJB terjadi pada kehamilan trimester ketiga, "Karena pada masa inilah jantung mulai terbentuk pada bayi," imbuh Utojo . Angka PJB di Indonesia diakuinya cukup tinggi. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya nilai gizi yang dikonsumsi ibu. Deteksi dini bisa dilakukan asal ibu hamil rajin memeriksakan diri ke dokter kandungan.
Adapun gejala yang ditunjukkan oleh anak-anak penyandang PJB ini antara lain lekas lelah dan sesak napas. Sedangkan pada bayi biasanya tidak kuat minum ASI selain tumbuh kembangnya terganggu," kata Sukman pula.
sumber : http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Umum/Menambal-Jantung-Bocor-Tanpa-Operasi
0 komentar:
Posting Komentar